6/12/2011

Motivasi Untuk Kita : Hati Sebesar Cawan Dan Hati Sebesar Kolam



"Aduhai, kenapakah hidup aku selalu dirundung malang begini..?" lelaki muda itu berkeluh-kesah. Selama hidupnya, dia tak pernah merasakan ketenangan yang sebenar. Hatinya tidak pernah sepi daripada merasakan kerisauan.

Fikirnya, Tuhan tidak pernah sudi meminjamkan kedamaian hati padanya. Dia sangat cemburu apabila memandang sekeliling. Mereka bebas ketawa dan mudah tersenyum. Tapi dia? Dia hanya mampu tenggelam dalam dunia sepi dan resahnya sendiri.

Hatinya tidak mampu mengisi segala masalah yang menghimpit jiwanya. Lalu, selepas lelah dan puas berfikir, suatu hari dia melangkah longlai menuju ke hujung kampung. Niat hatinya, ingin menemui seorang lelaki tua.

Saban hari, wajah lelaki tua itu sentiasa kelihatan tenang. Damai sentiasa bertamu diwajahnya. Dia ingin sekali meminta rahsia. Lalu, dia terus berperi kepada lelaki tua tersebut.

Masalah keluh kesah dan kerisauannya didengari lelaki tua itu sambil tersenyum. Lalu dia mengajak lelaki itu ke suatu tempat iaitu ke tepi sebuah kolam yang besar sambil membawa sebiji cawan dan dua bungkus garam. Lelaki itu mengikut, walaupun hatinya sedikit hairan.

"Anak muda," lelaki tua itu bersuara.

"Ambillah cawan ini, isikanlah air dan masukkanlah sebungkus garam," ujarnya lagi. Lelaki itu yang dalam kebingungan hanya menurut.

Cawan diambil, air diisi dan garam dimasukkan. Kemudian lelaki tua itu berkata lagi.

"Sekarang kamu minumlah air tersebut," dalam bingung yang masih bersisa, lelaki itu mengikut kata lelaki tua itu.

" Apa rasanya?" tanya lelaki tua itu apabila melihat kerutan di dahi lelaki tersebut.

" Masin!"

Lelaki tua itu tersenyum lagi.

"Sekarang, kamu masukkan pula sebungkus garam ini ke dalam kolam itu. Kemudian kamu hiruplah airnya."

Lelaki tua itu menunjukkan arah ke kolam. Sekali lagi lelaki itu hanya mengikut tanpa menyoal. Air dicedok dengan kedua belah tapak tangan dan dihirup.

"Apa rasanya, wahai anak muda?" soal lelaki tua itu.

"Tawar, tidak masin seperti tadi," lelaki muda itu menjawab sambil mengelap mulut.

"Anakku, adakah kamu memahami kenapa aku meminta kamu berbuat begitu tadi?" tanya lelaki tua itu, sambil memandang tepat ke arah lelaki tersebut. Lelaki itu hanya menggeleng. Lelaki tua itu menepuk-nepuk bahu lelaki tersebut.

"Anakku, beginilah perumpamaan bagi diri kita dan masalah. Garam itu umpama masalah. Cawan dan kolam umpama hati kita. Setiap orang mempunyai masalah, ditimpa masalah dan diuji dengan masalah. Tetapi, kalau hati kita sebesar cawan, maka kita akan merasai pahitnya masalah itu, pedihnya hati kita dan keluh kesahnya kita."

"Tetapi kalau hati kita sebesar kolam, masalah tidak akan mengganggu kita. Kita masih boleh tersenyum sebab kita akan mengerti masalah bukan hadir untuk menyusahkan kita. Masalah dianugerahkan untuk kita berfikir, untuk kita muhasabah diri. Masalah dan ujian akan memberi hikmah kepada kita."

"Anakku, itulah rahsiaku. Aku sentiasa berlapang dada, aku sentiasa membesarkan jiwaku, supaya aku boleh berfikir tentang perkara-perkara lain dan masih boleh memberi kebahagiaan padaku. Aku tidak akan sesekali membiarkan hatiku kecil seperti cawan, sehingga aku tidak mampu menanggung diriku sendiri."

Maka, pada petang itu lelaki itu pulang dengan senyuman yang terukir di bibir. Dalam hati, dia berjanji akan sentiasa membesarkan jiwa dan berlapang dada.

6/06/2011

Mengapa Doaku Tak Kunjung Dikabulkan?

Salam....Mari baca artikel ini.....Persoalan yang timbul...bagaimana untuk aku tahu semua ini ada dalam diri atau tidak....bagaimana untuk aku menjauhinya...sekiranya kamu ada apa2 untuk dikongsi...boleh kita berbual2 di ruangan cot cet sebelah kanan blog ini...:)

Oh ya..sumber artikel ini daripada "Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat"....





Jika seorang muslim berdoa pada Allah agar diberi rizki dan diberi keturunan, akan tetapi doanya tak kunjung pula terkabulkan, apakah seperti itu adalah buah dari tidak diterimanya amalan?



Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz ditanyakan seperti di atas. Lalu jawaban beliau rahimahullah,

Ada berbagai faktor yang menyebabkan doa tak kunjung dikabulkan. Doa tersebut tidak terkabul boleh jadi karena jeleknya amalan, maksiat dan kejelekan yang seseorang perbuat. Boleh jadi juga sebabnya adalah karena makan makanan yang haram. Juga bisa jadi karena ia berdoa biasa dalam keadaan hati yang lalai. Boleh jadi pula karena sebab lainnya sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan dalam hadits,

ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا. قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian.”[1]



Boleh jadi tidak terkabulnya doa seorang hamba karena maksiat yang ia perbuat, karena hatinya yang lalai saat memanjatkan doa, atau karena memakan yang haram. Atau boleh jadi pula doa seseorang tak kunjung terkabul karena Allah Ta’ala memilih yang terbaik untuknya dengan Allah mengganti apa yang ia minta dengan yang lebih bermanfaat di surga dan akhirat kelak. Atau bahkan Allah menggantinya dengan sesuatu di akhirat dan di surga yang kekal. Bisa jadi pula Allah mengganti permintaan hamba tadi dengan maslahat lainnya dengan Allah menghindarkan darinya berbagai keburukan. Bisa jadi Allah menghindarkan darinya kejelekan tanpa ia sadari. Itulah karena doa yang ia panjatkan pada Allah. Inilah yang terbaik sesuai dengan hikmah Allah. Allah bisa jadi mengabulkan doanya dengan memberikannya anak, rumah atau istri. Boleh jadi pula Allah palingkan dari kejelekan dengan sebab doa dan mengganti dengan yang lebih manfaat sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas.

[Sumber: http://www.ibnbaz.org.sa/mat/17235]



Dalil bahwa do’a dengan hati yang lalai sebab do’a sulit terkabul,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”[2]



Dalil pengaruh makanan yang haram terhadap do’a,

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' Dan Allah juga berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.'" Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo'a: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya?"[3]


Jadi maksiat dan makan makanan yang haram, itu juga adalah sebab penghalang terkabulnya do’a. Begitu pula hati yang lalai dalam berdoa, itu pula salah satu penghalang. Atau barangkali Allah beri kita yang terbaik dan mengganti dengan yang lebih baik dari doa yang kita minta.